Rabu, 30 Maret 2016

LINTAS RAKUTAK 1922 MDPL, TURUN VIA CIHARUS HINGGA KAMOJANG (2)

Jembatan Shirotol Mustaqim di pagi hari

Minggu, 31 Januari 2016
Gw lupa kami semua bangun jam berapa, yang gw tahu bangun tidur keluar tenda view di Puncak Utama-nya udah kece bangeeet. Di belakang plang puncak, kita akan melihat Gunung Cikuray yang berdiri dengan gagahnya. Lautan awan, sinar mentari hangat, semilir angin pagi yang sejuk, dan view gunung-gunung yang banyak banget, gw gak tahu itu gunung apaan aja. Yang gw tau, Masha Allah, itu viewnya jaw-dropping banget. Gak nyangka view pagi hari di Rakutak bakalan seindah itu. Dan di kejauhan kita juga bisa liat Danau Ciharus loh.

Gunung Cikuray dengan bentuk lancipnya, Danau Ciharus terlihat seperti bentuk love


Bang Wongso dan view depan plang puncak


Ini kali kedua gw merasakan nge-camp di puncak, keluar tenda langsung dikasih view keren. Sayangnya pas di Cikuray puncaknya udah kayak pasar penuh manusia, kalau di Rakutak sepi! Hanya ada team kami dan beberapa pendaki yang summit mengejar sunrise. Wah alhamdulillah syekale wkwk. Puas menikmati sunrise, kami semua kembali memasak saraan sebelum turun ke Danau Ciharus. Lagi-lagi masakan team gw ini mevvah dan enak banget, gak boong. Menunya yaitu nasi liwet, nasi putih biasa, sop sayur ayam suir, teri medan goreng, telor Bang Wongso dadar, bekwen krenyes dan balado kentang yang pedasnya ampun dah, ya iyalah wong cabenya banyak banget segenggaman tangan lelaki wkwk. Namun kali ini gak ada drama mata kecipratan cabe karena Bang Berto pakai sunglasses pas ngulek cabenya wkwk. Lagi dan lagi team ane makan enak, kentang balado walaupun pedasnya kamvret banget tapi nagih. Nagih tapi pedasnya kamvret. Nagih tapi ludes juga. Abis makan semuanya langsung kontraksi, cari spot buat boker wkwk.


Gaya ngulek sambel anti mainstream
Menu sarapan pagi paling mewaaah

Muka lahap dan kepedesan
Setelah sarapan pagi, bebersih, boker, dan packing ulang akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju Danau Ciharus. Info dari Bapak Berkumis, dari Puncak Utama Rakutak tinggal lurus aja hingga bertemu Puncak 3 yang selebaran upil, tertutup pohon dan gak kelihatan apa-apa, lanjut lurus lagi terus aja gak ada belok kanan kiri hingga ujung sampai bertemu trek turun curam sebelah kanan. Gw kasih nama treknya CCL, Curam-Cadas-Licin wkwk. Udah curam, vegetasinya rapat, dan banyak akar pohonnya. Trek turun ini kudu hati-hati gaes karena selain curam, banyak jancukan, dan katanya banyak pacetnya Untung team gw gak ada yang kena cium pacet. Kalau turunnya lewat Ciharus, ada baiknya pakai lengan dan celana panjang sih. Kalau gak mau, siap-siap aja 'ciuman panas' sama jancukan.

Foto keluarga di Puncak Utama Rakutak 1922 mdpl

Istirahat ketika turun, mereka senang banget kalau muka TS gak ada di foto

Saat turun akan ketemu satu pertigaan yang gak jauh dari sungai, lebih baik ambil yang ke arah kanan. Awalnya team gw ambil kiri, aneh aja karena ketemu anak sungai. Nanjak lagi ketemu sungai lagi. Lah harusnya treknya berlawanan sungai, bukan naik terus dan lewatin sungai doang. Ternyata salah belok! Akhirnya yakin ambil kanan, treknya landai dan masih melipir di pinggir sungai, kemudian menyebrangi sungai hingga ketemu tanah lagi, kemudian ada yang jalan berlawanan arah sama aliran sungai. Dan treknya PETJAAAAAAAAAAAH ABISSSSS! KERENNN AAAAK! Bener kata orang-orang lintas treknya Rakutak AJIB PISAN! Di sini sepatu kita dari yang berlumpur jadi bersih banget. MANTAP DAH pokoknyaaaaa gak bosen-bosen kalau lewatin sungainyaaaa. Mulai dari sok imoet sok cantek nyebrangi sungai sampai sebodo teung byarrr byurrr di sungai. Sepatu udah kayak boot, untung gak ada pacet masuk ke sepatu. Kemarin sungainya gak terlalu dalam, ya palingan setinggi anunya balita. Kalau musim hujan sih yaaaa bisa setinggi manusia. Laaah wkwk.

Menyusuri sungai

Menyeberangi sungai

Tanda kalau Danau Ciharus itu gak jauh lagi yaitu trek nanjak terus, landai, nanjak lagi dikit dan gak ketemu sungai lagi. Lumayan bikin nafas yang tadinya nyantai jadi Senin-Rabu kembali. Namun semuanya gak akan terasa sudah berjalan hampir 4 jam. Setelah tanjakan nanti kita akan ketemu Danau Ciharus. Yeaaaaaaaaaay! Akhirnya! Ketemu danau, jalan turun nanti di pinggiran danau kita kan bertemu satu-satunya warung dan banyak motor trail. Cek dan ricek ternyata si Bapak Warung ini jualan hampir tiap hari loh, karena memang selalu ada motor trail datang ke danau. Ada kopi, teh, energen, indomie telor yang bisa nemani kita istirahat di Ciharus. Lega banget rasanya kalau udah sampai di sini. Tapi tunggu dulu, ternyata kalau mau ke PLTU Kamojang trekking lagi 3 jam dan dari PLTU Kamojang ke jalan raya jalan terus 1 jam. Ebuset!


Warung di pinggir Danau Ciharus

Foto keluarga di Ciharus

Setelah istirahat dan sholat, kami pun melanjutkan pendakian turun. Gak turun juga sih, wong dari warung kita harus nanjak ikutin jalur motor trail yang berlumpur dan licin. Nanjak terus melipir trek motor trail (jadi kadang kita gak jalan di atas jalur motor trail itu), mulai memasuki hutan dan tidak ada bonus. Sering kali kami berhenti karena banyak motor trail yang lewat, dari dan akan ke Danau Ciharus. Serunya lagi hujan mulai turun deras ketika kami tiba di tempat landai dan kabut tipis mulai menyelimuti hutan. Demmm, keren banget menurut gw yang suka kabut tipis. Pendakian turun dilanjutkan tetap dengan menyusuri jalur motor trail hingga bertemu pertigaan. Lagi-lagi kami salah jalan, belok ke kiri. Ternyata belok kiri makin jauh ketemu kampung warga, ada 3 jam lagi! Kami disuruh untuk lurus aja karena lebih dekat ke "jalan raya" "cuman" 30 menit. Baidewai terima kasih buat kakang mas imut (salah fokus) atas infonya. Info yang bikin kami bahagia bayangin mie ayam, bakso, teh manis hangat. Turun terus 30 menit belum sampai juga. Turun lagi dan pipa gas PLTU mulai kelihatan. Semangat menggebu hingga sampailah kami di "jalan raya" yang dimaksud. Kamvreet emang, jalan raya itu ternyata jalan aspalnya PLTU. Boro-boro kenderaan dan lapak kaki lima, orang aja gak ada sama sekali. Sepi banget coy. Bhye bhyeee mie ayam, bakso, teh manis hangat. Ternyata semua hanya impian semata. Saran kalau mau menuju PLTU Kamojang jangan lupa bertanya ke rider motor trail yang sedang papasan dengan kalian, takutnya salah belok seperti team gw karena pertigaannya banyak.

Trek berlumpur tidak jauh dari warung


Trek turun yang licin, narsis dulu

Foto keluarga dulu setelah bertemu "jalan raya"
 
Masih menyusuri "jalan raya" PLTU Kamojang
Setelah selesai selfie bareng di pipa gas PLTU, kami pun mulai melanjutkan perjalanan. Bertemu pertigaan pertama, kami tetap ambil jalan lurus dan tidak belok ke kiri (thanks to Teguh's offline GPS). Jalan terus hingga ketemu perempatan dan ada pos PLTU yang sore itu sudah sepi. Itu PLTU bener-bener ya sepi banget, kabut mulai turun, hari mulai gelap dan gak ada orang sama sekali. Kalau ambil jalan lurus lebih dekat ke jalan raya yang sebenarnya. Kalau ambil jalan kanan, memang sih agak jauh tapi langsung bertemu kampung warga. Akhirnya setelah debat dan bingung mau milih yang mana, akhirnya kami ambil jalan kanan dan saran saya sih ambil kanan. Lelah kebangetan akhirnya yang jalan di depan ada Teguh dan Bang Rahmad, di tengah ada ane, Tari, Bang Wongso, dilanjutin Bang Apuy dan Bang Riki, dan paling belakang ada Bang Berto yang kudu ditopang trekking pole karena engkel kaki kecengklek ketika turun ditemani Bang Farhan.


Pos PLTU yang di sore hari tidak ada orang sama sekali


Alhamdulillah kami semua sampai di persimpangan jalan raya. Teguh dan Bang Rahmad ternyata sudah berhentiin mobil pick up yang mau mengantar kami semua ke Bandung, tepatnya dibawah Tol Toha dengan biaya Rp 100.000 buat ber-sembilan orang. Rejeki anak sholeh makkkkkk. Kalau memang mau turun via Danau Ciharus sebaiknya sesampainya di PLTU Kamojang langsung utus 2 orang yang dengkul racing buat duluan jalan ke jalan raya, cari angkutan pulang karena setau gw sore hari di sana sudah tidak ada transportasi umum. Perjalanan menuju Bandung diselimuti oleh kabut tebal. Kabutnya parah banget tebalnya, jarak pandang palingan 1 meter doang dengan turunan yang lumayan curam. Sampai-sampai Bang Rahmad dan Bang Riki kudu bantuin Pak Supir milih jalan yang benar wong jalannya aja gak kelihatan, apalagi belokan. Kabutnya itu mirip kabut-kabut horor yang di tipi-tipi, yang tiba-tiba muncul zombie atau ada cewek bernama Maia minta diantar ke rumahnya. Ternyata emak dan kakaknya itu pembunuh sadis bernama Dara, Armand dan Adam. Dan semua pemain mati, menyisakan Lidya yang penuh ketakukan. Lah kenapa jadi lari ke pilem Rumah Dara dah wkwk.

Mulai dari kabut, gerimis, hujan deras, gerimis lagi dan entah berapa lama kami di mobil pick-up sampai pantat pegal banget. Tiba di bawah tol Toha, kami yang kelaparan akhirnya memutuskan makan siang merangkap makan sore di Leuwi Panjang. Bapak Supir dan Kakangnya baik banget, udah bayarnya murah, mereka juga nawarin bantu stop angkot Leuwi Panjang. Karena gak enak, kami stopin angkot sendiri dengan biaya Rp 50.000. Alhamdulillah kami akhirnya makan kenyang juga di warung Sunda depan terminal. Bus yang tersisa malam itu hanya satu bus yang gw gak kenal milik siapa, yang penting ada bus pulang dan biaya balik ke Terminal Kampung Rambutan cuman Rp 50.000.


Adapun rincian biayanya, yaitu :
=====================================
Bus Cililitan-Leuwi Panjang = 75.000
Angkot ke Basecamp per orang = 41.000
Perizinan (seikhlasnya) = 10.000
Sarapan nasi kuning = 6.000
Nasi buat makan siang = 6.000
Logistik = 9.000
Pickup + angkot ke Leuwi Panjang = 17.000
Bus Leuwi Panjang-Rambutan = 50.000
======================================
Total ====> 214.000 (kecuali Aqua yang dibawa ke puncak dan makan malam di Warung Sunda)




Kalau mau liat treknya cek video ini yaaaa




Alhamdulillah kami pergi dan pulang dengan selamat. Terima kasih buat Tari aka Tarjoe cewek yang gak manja dan gak rempong, Bang Wongso yang baik dan maaci foto-foto, telur dadarnya ugak, dan videonya ugak, Bang Rahmat yang entah kenapa gw liat wise banget orangnya walaupun banyakan diamnya hehehe, Bang Berto atas saran logistiknya dan sambal pedas bikin nagihhhhh, Bang Apuy yang narsis tapi baik tapi reseh banget suka bully-in gw, Bang Riki yang jago masakin nasi liwet dan sop sayur ayam suir (dibantu masak dan bantuin bang Apuy isengin gw), Bang Farhan yang jadi sweeper sejati (gw gatau si dusun ini beneran sweeper apa jalannya yang lama), dan Teguh temen gwyang kalem woles baik banget mau tukeran kerir (ngata-ngatain kerir gw tapi mau juga tukeran bawain) dan mulai ikut-ikutan yang lain bully gw. Makasih banyak gais atas semuanya, lope yu puuuuul daaah.


Dan yang udah baca blog gw, makasih yaaa udah mampir. Silahkan tinggalkan jejak dimari yaaa :)


4 komentar:

  1. Itu di tenda kok masih bisa masak lengkap gitu ya, malah sampe bikin sambel pula. jadi kayak pesta kebun. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mas Agus, maaci yak sudah mampir di blog ini.
      Itu kami masaknya ditengah gitu mas, dikelilingi tenda.
      Ajib mas bikin sambel di gunung, dicoba deh.
      Siapin tissu yang banyak sama sekop yak hahaha

      Hapus
  2. Balasan
    1. Halo mas Fiek, maaci yak sudah mampir di blog ini.
      By the way, saya cewek, mas.
      Bener keren di mata, kere di kantong hahaha.

      Hapus